Saturday, October 14, 2017

Makalah tentang koloid



MAKALAH KIMIA
 KOLOID
OLEH :
KELOMPOK 7
KELAS XI MIPA 3
1.       VENSKA LALIHATU                     (32)
2.       WIJAYA TERRY MULIADY                        (33)
3.       YUSMARLIANA USMAN               (34)
4.       ZULFIANA ROSA                          (35)
5.       NURUL KHOFIFAH                                   (36)
6.       NATASHA CAHYA M.S                 (37)


SMA NEGERI 1 BONE
TAHUN PELAJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulillahirabbialamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kelompok 7 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Koloid”.
Dalam penyusunannya, kelompok 7 memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberi dukungan, kasih, dan keperayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca
Watampone, 14 Mei 2017

Kelompok 7








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                        ii
DAFTAR ISI                                                                                                     iii
BAB I PENDAHULUAN                                                                                               1
A.      Latar Belakang                                                                                      1
B.      Rumusan Masalah                                                                                 1
C.     Tujuan                                                                                                  1
BAB II PEMBAHASAN                                                                                                3
A.       Sistem Koloid                                                                                        3
B.       Sifat-Sifat Koloid                                                                                                                  7
C.     Pembuatan Koloid                                                                                  12
D.     Peran Koloid dalam Kehidupan                                                                15
BAB III PENUTUP                                                                                                                              20
A.       Kesimpulan                                                                                                                          20
B.       Saran                                                                                                                                     20
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                                          21

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Sistem koloid berhubungan dengan proses – prose di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses – proses dalam sel melibatkan sitem koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan contoh koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid.
B.     Rumusan Masalah
1.       Bagaimana Sistem Koloid ?
2.       Bagaimana Sifat-Sifat Koloid ?
3.       Bagaimana Cara Pembuatan Koloid  ?
4.       Bagaimana Peran Koloid dalam Kehidupan ?
C.     Tujuan
1.       Untuk mengetahui Sistem Koloid
2.       Untuk mengetahui Sifat-Sifat Koloid
3.       Untuk mengetahui Cara Pembuatan Koloid 
4.       Untuk mengetahui Peran Koloid dalam Kehidupan














BAB II
PEMBAHASAN
A.     Sistem Koloid
1.       Pengamatan terhadap Teh, Susu, dan Campuran tanah dan air
Pada percobaan ini dilakukan pengujian untuk mengamati perbedaan antara larutan, koloid dan supensi. Setelah bahan-bahan di campurkan dengan air dan diberikan cahaya melalui lampu senter.

a.       Pengamatan terhadap Teh
Pengamatan cahaya : Jalannya cahaya tidak dapat terlihat, tetapi berkas cahaya terlihat dengan jelas. Hal ini dikarenakan cahaya tidak dihamburkan oleh partikel-partikelnya dan jalannya cahaya dapat fokus ke depan. Sehingga teh tidak terjadi efek tyndall. Dan berkas cahaya dapat terlihat jelas oleh mata.
Maka dapat disimpulkan bahwa teh termasuk ke dalam larutan.
b.       Pengamatan terhadap Susu
Pengamatan cahaya : Jalannya cahaya dapat terlihat, tetapi berkas cahaya tidak fokus dan mnyebar (berkas cahaya tidak terlihat dengan jelas). Hal ini dikarenakan oleh patikel-partikelnya yang terdiri dari molekul/ionnya yang cukup besar yang dapat menghamburkan cahaya. Sehingga berkas cahaya tidak dapat terlihat dengan jelas oleh mata dan jalannya cahaya pun menjadi terhambur ke segala arah. Peristiwa tersebut disebut efek Tyndall
Maka dapat disimpulkan bahwa susu termasuk ke dalam koloid.
c.       Pengamatan terhadap Campuran pasir dengan air
Pengamatan cahaya : Tidak terlihat berkas cahaya. Hal ini dikarenakan gerakan partikelnya tidak menyebar melainkan membentuk dua fase, yaitu filtrate dan endapan. Sehingga berkas cahaya tidak dapat terlihat. Serta jalannya cahaya pun tidak terlihat fokus melainkan menyebar.
Maka dapat disimpulkan bahwa campuran pasir dengan air termasuk ke dalam suspensi.

2.       Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi
a.       Larutan
Pengertian larutan adalah sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Larutan bersifat kontinu dan merupakan sistem satu fase (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm (1 nm = 10-9 m). Larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring. Contohnya larutan gula, larutan garam, larutan cuka, alcohol 70%, spirtus, udara yang bersih, teh, air laut, dan bensin.
 
b.       Koloid
Pengertian sistem koloid adalah suatu campuran homogen antara 2 zat atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (medium pendispersi). Koloid ini merupakan sistem dispersi yang terletak diantara suspensi dan larutan. Ukuran partikelnya berkisar antara 1-100 nm. Jadi, koloid tergolong campuran homogen dan merupakan sistem 2 fase. Contohnya susu, santan, jeli, selai dan minyak.

c.       Suspensi
Pengertian suspensi adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel relatif besar tersebar merata dalam medium pendispersinya. Suspensi bersifat heterogen dan tidak kontinu, sehingga merupakan sistem 2 fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan. Contohnya air sungai yang keruh, campuran pasir dengan air, campuran terigu dengan air, campuran kopi dengan air dan campuran minyak dengan air.





Tabel sifat dan sistem dispersi
Sifat
Sistem Dispersi
Larutan
Koloid
Suspensi
Bentuk campuran
Homogen, tidak dapat dibedakan
Homogen secara makroskopis, tapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra
Heterogen
Ukuran
<1 nm
1-100 nm
>100 nm
Fase
Terdiri dari 1 fase
Terdiri dari 2 fase
Terdiri dari 2 fase
Kestabilan
Stabil
Umumnya stabil
Tidak stabil
Penyaringan
Tidak dapat disaring
Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaring ultra
Dapat disaring
Didiamkan
Tidak memisah dan tidak mengendap
Tidak memisah (tahan lama) dan sukar mengendap
Memisah dan mengendap

3.       Jenis-jenis Koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Fase Terdispersi
Medium Pendispersi
Nama koloid
Contoh
Gas
Gas
Bukan koloid, karena gas bercampur secara homogen
Gas
Cair
Busa
Buih, sabun, ombak, krim kocok
Gas
Padat
Busa padat
Batu apung, kasur busa
Cair
Gas
Aerosol cair
Obat semprot, kabut, hair spray di udara
Cair
Cair
Emulsi cair
Air santan, air susu, mayones
Cair
Padat
Emulasi padat
Mentega, agar-agar
Padat
Gas
Aerosol padat
Debu, gas knalpot, asap
Padat
Cair
Sol (gel)
Cat, tinta
Padat
Padat
Sol Padat
Tanah, kaca, lumpur
a.       Buih atau Busa (fase terdispersi gas)
·         Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam, kasur busa.
·         Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun,
ombak, krim kocok
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, campurannya tergolong larutan.
b.       Aerosol (Medium pendispersi gas)
·         Aerosol padat adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
·         Aerosol cair adalah aerosol dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
c.       Emulasi (fase terdispersi cair)
·         Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
·         Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
d.       Sol (fase terdispersi padat)
·         Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
·         Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
B.     Sifat-Sifat Koloid
1.       Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah.
2.       Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
3.       Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid manjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini di sebut adsorpsi.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
4.       Adsorbsi Koloid
Adsorsi koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorsi digunakan dalam proses: pemutihan gula tebu, Norit, dan penjernihan air. Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare
5.       Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan. Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
·         Perubahan suhu.
·         Pengadukan.
·         Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
·         Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
6.       Koloid Pelindung
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil.
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaitu koloid liofil. Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
  • Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen.
  • Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh, disperse emas, belerang dalam air.
7.       Dialisis
Pada pembuatan koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kesetabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis.
Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan kedalam kantong koloid, lalu kantong koloid itu di masukkan kedalam bejana yang berisi air mengalir (lihat gambar). Kantong koloid terbuat dari selaput semipemeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.
8.       Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
Koloid Liofil
Koloid Liofob
  • Mengadsorpsi mediumnya.
  • Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif besar.
  • Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit.
  • Viskositas lebih besar daripada mediumnya.
  • Bersifat reversibel.
  • Efek tyndall lemah
  • Tidak mengadsorpsi mediumnya.
  • Hanya stabil pada konsentrasi kecil.
  • Mudah menggumpal pada penambahan elektrolit.
  • Viskositas hampir sama dengan mediumnya.
  • Tidak reversibel.
  • Efek tyndall lebih jelas.
C.     Pembuatan Koloid
1.       Cara Kondensasi
Pembuatan Koloid Secara Kondensasi Adalah Memperbesar Ukuran Partikel. Pada Umumnya, Dari Larutan Diubah Menjadi Koloid. Secara Skematis, Kedua Proses Tersebut Dapat Digambarkan Sebagai Proses Yang Berlawanan, Di Mana Sistem Koloid Berada Di Antara Dua Sistem Dispersi Yang Lain.
a.       Cara Kimia
Pembuatan koloid dari larutan sejati dengan cara reaksi kimia dapat dilakukan dengan empat macam, yaitu melalui reaksi hidrolisis, reaksi pemindahan, dan reaksi redoks.
Reaksi hidrolisis
Koloid dapat dibuat melalui reaksi hidrolisis, yaitu dengan mereaksikan garam tertentu dengan air. Misalnya Sol Fe(OH)3. Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan larutan FeCI3 ke dalam air mendidih. Larutan FeCI3akan terionisasi menghasilkan ion Fe3+. Ion Fe3+ ini akan mengalami reaksi hidrolisis menjadi Fe(OH)3. Reaksi yang terjadi:
FeCI3(aq) + 3H20(ℓ) → Fe(OH)a(s) + 3HCl(aq).
Reaksi pemindahan/substitusi
Contoh koloid yang dibuat dengan cara pemindahan yaitu sol As2S3. Sol As2S3 dibuat dengan cara mengalirkan gas asam sulfida ke dalam larutan arsen(lll) oksida. Reaksinya:
As203(aq) + 3H2S(g) →As2S3(s) + 3H20(ℓ).
 Koloid lain yang dibuat melalui reaksi pemindahan yaitu sol belerang. Sol ini dibuat dengan menambahkan larutan HCI ke dalam larutan Na2S203. Campuran ini akan menghasilkan partikel- partikel belerang yang berukuran partikel koloid. Reaksi pada pembuatan koloid belerang sebagai berikut.
Na2S203(aq) + 2HCI (aq) → 2NaCl(aq) + H2SO 3(aq) + S (s).
Reaksi redoks
Pembuatan koloid dengan reaksi redoks selalu disertai dengan perubahan bilangan oksidasi, misal pada pembuatan sol emas den sol belerang.
·       Sol emas (Au)
Sol emas dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan reduktor non- elektrolit seperti formaldehid.
Reaksinya: 2AuCI3 (aq) + 3HCHO(aq) + 3H20 (ℓ) → 2Au(s)+ 6HCI (aq) + 3HCOO H(aq)
·       Sol belerang (s)
Sol belerang dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan S02 atau ke dalam larutan H2O2. Reaksi yang terjadi:
2H2S(g) + S02(aq) → 3S(s) + 2H2O(ℓ)
H2S (g) + H202(aq) → S(s) + 2h2O(ℓ)
b.      Cara Fisika
Pengembunan uap
Cara pengembunan uap diterapkan pada pembuatan sol raksa (Hg). Sol raksa dibuat dengan menguapkan raksa. Uap raksa selanjutnya dialirkan melalui air dingin sehingga mengembun dan diperoleh partikel raksa berukuran koloid.
Pendinginan
Suatu koloid dapat dibuat melalui proses pendinginan, tujuannya untuk menggumpalkan suatu larutan sehingga menjadi koloid karena kelarutan suatu zat sebanding dengan suhu.
Penggantian pelarut
Penggantian pelarut digunakan untuk mempermudah pembuatan koloid yang tidak dapat larut dalam suatu pelarut tertentu, misalnya pada pembuatan sol belerang. Belerang sukar larut dalam medium air. Oleh karena itu, air diganti dengan alkohol. Sol belerang dalam air, dibuat dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol hingga diperoleh larutan jenuh. Larutan jenuh ini selanjutnya diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam air hingga terbentuk sol belerang.
2.       Cara Dispersi
Pembuatan koloid secara dispersi adalah memperkecil partikel. Cara ini melibatkan pengubahan ukuran partikel besar (misalnya suspensi atau padatan) menjadi ukuran partikel koloid.
a.       Dispersi langsung (mekanik)
Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus bersama kristal gula secara berulang – ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid secara langsung karena partikel – partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid.
b.      Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel – partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi.
c.       Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan  dengan cara memecah partikel – partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air, nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.
d.      Busur Bredig
Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam.

D.     Peran Koloid dalam Kehidupan
Sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi koloid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, kosmetik, industri dsb; 
Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk memisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid. 
Kosmetik
Sebagian besar kosmetik dibuat dalam bentuk koloid. Hal ini dikarenakan beberapa keunggulan pemanfaatan bentuk koloid dalam industri kosmetik yaitu sebagai berikut.
a. Mudah dibersihkan
b. Tidak merusak kulit dan rambut
c. Kemampuan adsorbsi koloid memudahkan penyerapan berbagai bahan yang berfungsi sebagai pewangi, pelembut, dan pewarna
d. Mengandung dua jenis bahan yanng tidak saling melarutkan (liofob)
Contoh koloid dalam industri kosmetik:

 

Makanan
Makanan yang kita konsumsi sehari-hari banyak yang merupakan sistem koloid. Hal ini karena koloid memiliki sifat yang stabil dan tidak mudah rusak. Beberapa contoh makanan yang merupakan koloid yaitu susu, keju, santan, dan es krim. Susu, santan, dan es krim merupakan koloid jenis emulsi karena memiliki fasa terdispersi dan medium pendispersi cair. Keju merupakan jenis koloid emulsi padat yang memiliki fasa terdispersi cair dan medium pendispersi padat.

Obat-obatan
Koloid dimanfaatkan dalam membuat obat-obatan untuk anak-anak. Sebagian besar obat-obatan berbentuk cair karena anak-anak belum mampu mengonsumsi obat-obatan dalam bentuk padat. Dengan bentuk koloid, obat-obatan tersebut mudah untuk diminum oleh anak-anak. Contoh koloid dalam industri farmasi yaitu obat-obatan sirop. Selain obat sirop, terdapat juga jenis aerosol untuk obat sesak napas.

Cat
Cat merupakan koloid jenis sol. Partikel-partikel padat zat warna, oksida logam, bahan penstabil, bahan pengawet, zat pencemerlang, zat pereduksi dihaluskan hingga berukuran partikel koloid. Partikel koloid didispersikan dalam suatu cairan agar sol tetap terjaga kestabilannya dan bahan-bahan didispersikan tidak mengendap ditambahkan emulgator atau zat pelindung yang tergantung pada jenis medium pendispersinya.

Karet
Getah karet merupakan koloid tipe sol yang banyak digunakan sebagai bahan dasar industri karet. Karet diperoleh dengan cara mengkoagulasikan getah karet dengan asam formiat (HCOOH) atau asam asetat (H3C2O2H), agar menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Gumpalan karet digiling dan dicuci, kemudian diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet.

Perlengkapan rumah tangga
Koloid banyak digunakan dalam membuat keperluan rumah tangga, misalnya deterjen, sabun, dan pasta gigi. Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak/ lemak) dengan air. Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan deterjen. Sabun/ deterjen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dibersihkan dengan cara pembilasan dengan air.
 
 Selain produk yang berupa koloid, dalam kehidupan sehari-hari kita juga memanfaatkan sifat-sifat koloid dalam bidang industri yaitu :
Mengurangi polusi udara
        Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya
     Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt).  Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel  bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).


Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
 
 
Penjernihan Air
 Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. 

Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.

Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air  sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.

           BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari – hari untuk proses apapun. Koloid juga saling berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan menjadi 4 macam, yaitu sol, aerosol, emulasi, dan buih.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air.
B.     Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.       Kepada Siswa: Siswa diharapkan lebih menambah wawasan tentang koloid.

2.       Kepada Guru : Guru diharapkan bisa membantu, dan membimbing proses belajar siswa mengenai materi terkait.
DAFTAR PUSTAKA

https://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/
http://sahabatkimiaddress.blogspot.co.id/2015/03/koloid-dalam-kehidupan-sehari-hari.html














No comments:

Post a Comment