MAKALAH KIMIA
KOLOID

OLEH :
KELOMPOK
7
KELAS XI
MIPA 3
1.
VENSKA LALIHATU (32)
2.
WIJAYA TERRY MULIADY (33)
3.
YUSMARLIANA USMAN (34)
4.
ZULFIANA ROSA (35)
5.
NURUL KHOFIFAH (36)
6.
NATASHA CAHYA M.S (37)
SMA
NEGERI 1 BONE
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulillahirabbialamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
kelompok 7 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Koloid”.
Dalam
penyusunannya, kelompok 7 memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang
tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberi dukungan, kasih, dan
keperayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga
semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang
lebih baik lagi.
Akhir
kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca
Watampone, 14 Mei 2017
Kelompok 7
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.
Latar Belakang 1
B. Rumusan
Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
A.
Sistem Koloid 3
B. Sifat-Sifat Koloid 7
C. Pembuatan
Koloid 12
D. Peran
Koloid dalam Kehidupan 15
BAB III PENUTUP 20
A.
Kesimpulan 20
B.
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistem koloid berhubungan
dengan proses – prose di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal itu dapat kita
perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam
ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses
sehingga berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup
merupakan suatu koloid sehingga proses – proses dalam sel melibatkan sitem
koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan contoh koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan contoh koloid.
Udara mengandung juga sistem
koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu
asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut
merupakan sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang
dibutuhkan oleh tumbuh – tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk
mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran
yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil
yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Sistem Koloid ?
2.
Bagaimana
Sifat-Sifat Koloid ?
3.
Bagaimana
Cara Pembuatan Koloid ?
4.
Bagaimana
Peran Koloid dalam Kehidupan ?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui Sistem Koloid
2.
Untuk
mengetahui Sifat-Sifat Koloid
3.
Untuk
mengetahui Cara Pembuatan Koloid
4.
Untuk
mengetahui Peran Koloid dalam Kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem
Koloid
1.
Pengamatan terhadap Teh, Susu,
dan Campuran tanah dan air
Pada
percobaan ini dilakukan pengujian untuk mengamati perbedaan antara larutan,
koloid dan supensi. Setelah bahan-bahan di campurkan dengan air dan diberikan
cahaya melalui lampu senter.
a. Pengamatan terhadap Teh
Pengamatan cahaya : Jalannya cahaya tidak dapat terlihat,
tetapi berkas cahaya terlihat dengan jelas. Hal ini dikarenakan cahaya tidak
dihamburkan oleh partikel-partikelnya dan jalannya cahaya dapat fokus ke depan.
Sehingga teh tidak terjadi efek tyndall. Dan berkas cahaya dapat terlihat jelas
oleh mata.
Maka dapat disimpulkan bahwa teh termasuk ke dalam larutan.
b. Pengamatan terhadap Susu
Pengamatan cahaya : Jalannya cahaya dapat terlihat, tetapi
berkas cahaya tidak fokus dan mnyebar (berkas cahaya tidak terlihat dengan
jelas). Hal ini dikarenakan oleh patikel-partikelnya yang terdiri dari
molekul/ionnya yang cukup besar yang dapat menghamburkan cahaya. Sehingga
berkas cahaya tidak dapat terlihat dengan jelas oleh mata dan jalannya cahaya
pun menjadi terhambur ke segala arah. Peristiwa tersebut disebut efek Tyndall
Maka dapat disimpulkan bahwa susu termasuk ke dalam koloid.
c. Pengamatan terhadap Campuran pasir
dengan air
Pengamatan cahaya : Tidak terlihat berkas cahaya. Hal ini
dikarenakan gerakan partikelnya tidak menyebar melainkan membentuk dua fase,
yaitu filtrate dan endapan. Sehingga berkas cahaya tidak dapat terlihat. Serta
jalannya cahaya pun tidak terlihat fokus melainkan menyebar.
Maka dapat disimpulkan bahwa campuran pasir dengan air
termasuk ke dalam suspensi.
2.
Perbedaan Larutan, Koloid, dan
Suspensi
a. Larutan
Pengertian larutan adalah sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Larutan bersifat kontinu dan merupakan sistem satu fase (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm (1 nm = 10-9 m). Larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring. Contohnya larutan gula, larutan garam, larutan cuka, alcohol 70%, spirtus, udara yang bersih, teh, air laut, dan bensin.
Pengertian larutan adalah sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Larutan bersifat kontinu dan merupakan sistem satu fase (homogen). Ukuran partikel zat terlarut kurang dari 1 nm (1 nm = 10-9 m). Larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring. Contohnya larutan gula, larutan garam, larutan cuka, alcohol 70%, spirtus, udara yang bersih, teh, air laut, dan bensin.
b. Koloid
Pengertian sistem koloid adalah suatu campuran homogen antara 2 zat atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (medium pendispersi). Koloid ini merupakan sistem dispersi yang terletak diantara suspensi dan larutan. Ukuran partikelnya berkisar antara 1-100 nm. Jadi, koloid tergolong campuran homogen dan merupakan sistem 2 fase. Contohnya susu, santan, jeli, selai dan minyak.
Pengertian sistem koloid adalah suatu campuran homogen antara 2 zat atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (medium pendispersi). Koloid ini merupakan sistem dispersi yang terletak diantara suspensi dan larutan. Ukuran partikelnya berkisar antara 1-100 nm. Jadi, koloid tergolong campuran homogen dan merupakan sistem 2 fase. Contohnya susu, santan, jeli, selai dan minyak.
c. Suspensi
Pengertian suspensi adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel relatif besar tersebar merata dalam medium pendispersinya. Suspensi bersifat heterogen dan tidak kontinu, sehingga merupakan sistem 2 fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan. Contohnya air sungai yang keruh, campuran pasir dengan air, campuran terigu dengan air, campuran kopi dengan air dan campuran minyak dengan air.
Pengertian suspensi adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel relatif besar tersebar merata dalam medium pendispersinya. Suspensi bersifat heterogen dan tidak kontinu, sehingga merupakan sistem 2 fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan. Contohnya air sungai yang keruh, campuran pasir dengan air, campuran terigu dengan air, campuran kopi dengan air dan campuran minyak dengan air.
Tabel sifat dan sistem
dispersi
Sifat
|
Sistem Dispersi
|
||
Larutan
|
Koloid
|
Suspensi
|
|
Bentuk campuran
|
Homogen, tidak dapat dibedakan
|
Homogen secara makroskopis, tapi heterogen jika diamati dengan
mikroskop ultra
|
Heterogen
|
Ukuran
|
<1 nm
|
1-100 nm
|
>100 nm
|
Fase
|
Terdiri dari 1 fase
|
Terdiri dari 2 fase
|
Terdiri dari 2 fase
|
Kestabilan
|
Stabil
|
Umumnya stabil
|
Tidak stabil
|
Penyaringan
|
Tidak dapat disaring
|
Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaring ultra
|
Dapat disaring
|
Didiamkan
|
Tidak memisah dan tidak mengendap
|
Tidak memisah (tahan lama) dan sukar mengendap
|
Memisah dan mengendap
|
3. Jenis-jenis
Koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun
fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Fase Terdispersi
|
Medium Pendispersi
|
Nama koloid
|
Contoh
|
Gas
|
Gas
|
Bukan
koloid, karena gas bercampur secara homogen
|
|
Gas
|
Cair
|
Busa
|
Buih,
sabun, ombak, krim kocok
|
Gas
|
Padat
|
Busa
padat
|
Batu
apung, kasur busa
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol
cair
|
Obat
semprot, kabut, hair spray di udara
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
cair
|
Air
santan, air susu, mayones
|
Cair
|
Padat
|
Emulasi
padat
|
Mentega,
agar-agar
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol
padat
|
Debu,
gas knalpot, asap
|
Padat
|
Cair
|
Sol
(gel)
|
Cat,
tinta
|
Padat
|
Padat
|
Sol
Padat
|
Tanah,
kaca, lumpur
|
a.
Buih
atau Busa (fase terdispersi gas)
·
Buih padat adalah buih dalam medium
pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam, kasur busa.
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam, kasur busa.
·
Buih cair adalah buih dalam medium
pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun, ombak, krim kocok
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, campurannya tergolong larutan.
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun, ombak, krim kocok
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama berupa gas, campurannya tergolong larutan.
b.
Aerosol (Medium pendispersi gas)
·
Aerosol padat adalah sol dalam medium
pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
·
Aerosol cair adalah aerosol dalam
medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
c.
Emulasi (fase terdispersi cair)
·
Emulsi padat adalah emulsi dalam
medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
·
Emulsi cair adalah emulsi dalam medium
pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
Contoh: susu, mayones, krim tangan
d.
Sol (fase terdispersi padat)
·
Sol padat adalah sol dalam medium
pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
·
Sol cair adalah sol dalam medium
pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
B. Sifat-Sifat Koloid
1.
Efek Tyndall
Efek Tyndall
ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid.
Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall
ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall
adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan
cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar
untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit
dan sangat sulit diamati. Contoh: sinar matahari yang dihamburkan
partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan
jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk
melalui celah.
2.
Gerak Brown
Gerak
Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus
menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat
pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak
memisah jika didiamkan.
3.
Muatan Koloid
dan Elektroforesis
Muatan Koloid
ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.Elektroforesis adalah
gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Partikel koloid
mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh
karena itu partikel koloid manjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada
permukaan ini di sebut adsorpsi.
Karena partikel
koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam
koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif
akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan
terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi
lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
4.
Adsorbsi
Koloid
Adsorsi koloid adalah penyerapan zat
atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorsi digunakan dalam proses: pemutihan
gula tebu, Norit, dan penjernihan air. Contoh: koloid antara obat diare dan
cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare
5.
Koagulasi
Koloid
Koagulasi koloid
adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan. Contoh:
kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan
koagulasi:
·
Perubahan suhu.
·
Pengadukan.
·
Penambahan ion dengan muatan besar
(contoh: tawas).
·
Pencampuran koloid positif dan koloid
negatif.
6.
Koloid Pelindung
Sistem koloid di mana
partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif besar disebut koloid
liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya
mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob yang
bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil.
Sol liofob/ hidrofob
mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi menjadi lebih
stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaitu koloid liofil. Berikut ini
penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
- Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen.
- Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh, disperse emas, belerang dalam air.
7.
Dialisis
Pada pembuatan
koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kesetabilan koloid
tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang
disebut dialisis.
Dalam proses ini,
sistem koloid dimasukkan kedalam kantong koloid, lalu kantong koloid itu di
masukkan kedalam bejana yang berisi air mengalir (lihat gambar). Kantong koloid
terbuat dari selaput semipemeable, yaitu selaput yang dapat
melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana,
tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan
hanyut bersama air.
8.
Koloid Liofil
dan Koloid Liofob
Koloid Liofil adalah koloid yang
mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling koloid. Contoh:
agar-agar.
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak
mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas
dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari
elektrolit.
Koloid Liofil
|
Koloid Liofob
|
|
|
C. Pembuatan Koloid
1. Cara Kondensasi
Pembuatan Koloid Secara Kondensasi Adalah Memperbesar
Ukuran Partikel. Pada Umumnya, Dari Larutan Diubah Menjadi Koloid. Secara
Skematis, Kedua Proses Tersebut Dapat Digambarkan Sebagai Proses Yang
Berlawanan, Di Mana Sistem Koloid Berada Di Antara Dua Sistem Dispersi Yang
Lain.
a. Cara Kimia
Pembuatan koloid dari larutan sejati dengan cara
reaksi kimia dapat dilakukan dengan empat macam, yaitu melalui reaksi
hidrolisis, reaksi pemindahan, dan reaksi redoks.
Reaksi
hidrolisis
Koloid
dapat dibuat melalui reaksi hidrolisis, yaitu dengan mereaksikan garam tertentu
dengan air. Misalnya Sol Fe(OH)3. Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara
menambahkan larutan FeCI3 ke dalam air mendidih. Larutan FeCI3akan
terionisasi menghasilkan ion Fe3+. Ion Fe3+ ini akan mengalami reaksi
hidrolisis menjadi Fe(OH)3. Reaksi yang terjadi:
FeCI3(aq)
+ 3H20(ℓ) → Fe(OH)a(s) + 3HCl(aq).
Reaksi
pemindahan/substitusi
Contoh
koloid yang dibuat dengan cara pemindahan yaitu sol As2S3. Sol
As2S3 dibuat dengan cara mengalirkan gas asam sulfida ke dalam larutan
arsen(lll) oksida. Reaksinya:
As203(aq)
+ 3H2S(g) →As2S3(s) + 3H20(ℓ).
Koloid
lain yang dibuat melalui reaksi pemindahan yaitu sol belerang. Sol ini dibuat
dengan menambahkan larutan HCI ke dalam larutan Na2S203. Campuran ini akan
menghasilkan partikel- partikel belerang yang berukuran partikel koloid. Reaksi
pada pembuatan koloid belerang sebagai berikut.
Na2S203(aq)
+ 2HCI (aq) → 2NaCl(aq) + H2SO 3(aq) + S (s).
Reaksi
redoks
Pembuatan
koloid dengan reaksi redoks selalu disertai dengan perubahan bilangan oksidasi,
misal pada pembuatan sol emas den sol belerang.
·
Sol emas (Au)
Sol emas
dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan reduktor non- elektrolit
seperti formaldehid.
Reaksinya: 2AuCI3 (aq) + 3HCHO(aq) + 3H20 (ℓ) → 2Au(s)+ 6HCI (aq) + 3HCOO H(aq)
Reaksinya: 2AuCI3 (aq) + 3HCHO(aq) + 3H20 (ℓ) → 2Au(s)+ 6HCI (aq) + 3HCOO H(aq)
·
Sol belerang (s)
Sol belerang
dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan S02 atau ke dalam
larutan H2O2. Reaksi yang terjadi:
2H2S(g) + S02(aq) → 3S(s) + 2H2O(ℓ)
H2S (g) + H202(aq) → S(s) + 2h2O(ℓ)
2H2S(g) + S02(aq) → 3S(s) + 2H2O(ℓ)
H2S (g) + H202(aq) → S(s) + 2h2O(ℓ)
b. Cara Fisika
Pengembunan
uap
Cara
pengembunan uap diterapkan pada pembuatan sol raksa (Hg). Sol raksa dibuat
dengan menguapkan raksa. Uap raksa selanjutnya dialirkan melalui air dingin
sehingga mengembun dan diperoleh partikel raksa berukuran koloid.
Pendinginan
Suatu
koloid dapat dibuat melalui proses pendinginan, tujuannya untuk menggumpalkan
suatu larutan sehingga menjadi koloid karena kelarutan suatu zat sebanding
dengan suhu.
Penggantian
pelarut
Penggantian
pelarut digunakan untuk mempermudah pembuatan koloid yang tidak dapat larut
dalam suatu pelarut tertentu, misalnya pada pembuatan sol belerang. Belerang
sukar larut dalam medium air. Oleh karena itu, air diganti dengan alkohol. Sol
belerang dalam air, dibuat dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol
hingga diperoleh larutan jenuh. Larutan jenuh ini selanjutnya diteteskan
sedikit demi sedikit ke dalam air hingga terbentuk sol belerang.
2. Cara Dispersi
Pembuatan koloid secara dispersi adalah memperkecil partikel. Cara ini melibatkan
pengubahan ukuran partikel besar (misalnya suspensi atau padatan) menjadi
ukuran partikel koloid.
a.
Dispersi langsung (mekanik)
Cara
ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam
medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau
menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol
belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus
bersama kristal gula secara berulang – ulang. Campuran semen dengan air dapat
membentuk koloid secara langsung karena partikel – partikel semen sudah
digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid.
b.
Homogenisasi
Pembuatan
susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu
skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel – partikel susu
berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat
dilakukan dengan proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi.
c.
Peptisasi
Proses
peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel – partikel besar,
misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah
tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi
koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan
berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya.
Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air,
nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.
d.
Busur Bredig
Busur Bredig adalah suatu alat yang
khusus digunakan untuk membentuk koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara
meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian
diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api
listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan
logam akan menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu
koloid logam.
D. Peran Koloid dalam Kehidupan
Sifat karakteristik
koloid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak
dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala
besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam
industri (aplikasi koloid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri,
sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita sehari-hari,
contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, kosmetik, industri dsb;
Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang
dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor
berupa partikel-partikel koloid. Untuk memisahkan pengotor ini, digunakan alat
pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk
menarik partikel-partikel koloid.
Kosmetik
Sebagian besar kosmetik dibuat dalam bentuk koloid. Hal ini dikarenakan beberapa keunggulan pemanfaatan bentuk koloid dalam industri kosmetik yaitu sebagai berikut.
a. Mudah dibersihkan
b. Tidak merusak kulit dan rambut
c. Kemampuan adsorbsi koloid memudahkan penyerapan berbagai bahan yang berfungsi sebagai pewangi, pelembut, dan pewarna
d. Mengandung dua jenis bahan yanng tidak saling melarutkan (liofob)
Contoh koloid dalam industri kosmetik:
Sebagian besar kosmetik dibuat dalam bentuk koloid. Hal ini dikarenakan beberapa keunggulan pemanfaatan bentuk koloid dalam industri kosmetik yaitu sebagai berikut.
a. Mudah dibersihkan
b. Tidak merusak kulit dan rambut
c. Kemampuan adsorbsi koloid memudahkan penyerapan berbagai bahan yang berfungsi sebagai pewangi, pelembut, dan pewarna
d. Mengandung dua jenis bahan yanng tidak saling melarutkan (liofob)
Contoh koloid dalam industri kosmetik:
Makanan
Makanan yang kita konsumsi sehari-hari banyak yang merupakan sistem koloid. Hal ini karena koloid memiliki sifat yang stabil dan tidak mudah rusak. Beberapa contoh makanan yang merupakan koloid yaitu susu, keju, santan, dan es krim. Susu, santan, dan es krim merupakan koloid jenis emulsi karena memiliki fasa terdispersi dan medium pendispersi cair. Keju merupakan jenis koloid emulsi padat yang memiliki fasa terdispersi cair dan medium pendispersi padat.
Obat-obatan
Koloid dimanfaatkan dalam membuat obat-obatan untuk anak-anak. Sebagian besar obat-obatan berbentuk cair karena anak-anak belum mampu mengonsumsi obat-obatan dalam bentuk padat. Dengan bentuk koloid, obat-obatan tersebut mudah untuk diminum oleh anak-anak. Contoh koloid dalam industri farmasi yaitu obat-obatan sirop. Selain obat sirop, terdapat juga jenis aerosol untuk obat sesak napas.
Cat
Cat merupakan koloid jenis sol. Partikel-partikel padat zat warna, oksida logam, bahan penstabil, bahan pengawet, zat pencemerlang, zat pereduksi dihaluskan hingga berukuran partikel koloid. Partikel koloid didispersikan dalam suatu cairan agar sol tetap terjaga kestabilannya dan bahan-bahan didispersikan tidak mengendap ditambahkan emulgator atau zat pelindung yang tergantung pada jenis medium pendispersinya.
Karet
Getah karet merupakan koloid tipe sol yang banyak digunakan sebagai bahan dasar industri karet. Karet diperoleh dengan cara mengkoagulasikan getah karet dengan asam formiat (HCOOH) atau asam asetat (H3C2O2H), agar menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Gumpalan karet digiling dan dicuci, kemudian diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet.
Perlengkapan rumah tangga
Koloid banyak digunakan dalam membuat
keperluan rumah tangga, misalnya deterjen, sabun, dan pasta gigi. Sabun dan
deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak/
lemak) dengan air. Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan
sabun dan deterjen. Sabun/ deterjen akan mengemulsikan minyak dalam air
sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dibersihkan dengan cara
pembilasan dengan air.
Selain produk yang berupa koloid, dalam kehidupan sehari-hari kita juga memanfaatkan sifat-sifat koloid dalam bidang industri yaitu :
Mengurangi polusi udara
Selain produk yang berupa koloid, dalam kehidupan sehari-hari kita juga memanfaatkan sifat-sifat koloid dalam bidang industri yaitu :
Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi
dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini
memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan
ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
Membantu pasien gagal ginjal
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan
partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan
dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk
penderita gagal ginjal. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip
dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita
gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan
kembali ke tubuh pasien.
Penjernihan Air
Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang
ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan
berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk
menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar
partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+
yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O
Al(OH)3 + 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3
menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan
terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas
yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
Sebagai deodoran
Sebagai deodoran
Deodoran
mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein
dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat
sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.
Sebagai bahan pencuci
Sebagai bahan pencuci
Prinsip
koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam
pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai
emulgator. Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga
kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara
pembilasan dengan air.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Koloid dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari – hari untuk proses apapun. Koloid juga saling berhubungan
antara larutan dan suspensi. Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya
sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping
sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan menjadi 4 macam,
yaitu sol, aerosol, emulasi, dan buih.
Koloid dapat mengadsorpsi ion
atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif
besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Penggumpalan partikel
koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya
pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan
koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang medium
dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob.
Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada
koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara
dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian
didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid dibuat
dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan),
sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan
aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air.
B.
Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Kepada
Siswa: Siswa diharapkan lebih menambah wawasan tentang koloid.
2.
Kepada
Guru : Guru diharapkan bisa membantu, dan membimbing proses belajar siswa
mengenai materi terkait.
DAFTAR PUSTAKA
https://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/
http://sahabatkimiaddress.blogspot.co.id/2015/03/koloid-dalam-kehidupan-sehari-hari.html
No comments:
Post a Comment